Bengkulu,-Dalam upaya penguatan keluarga bebas dari potensi stunting, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu pada pertengahan Oktober 2023 menyalurkan bantuan bahan makanan mengandung protein hewani kepada keluarga berpotensi berisiko stunting di Kabupaten Bengkulu Selatan.
"Makanan berprotein hewani tersebut berupa telur ayam sebanyak 1.080 butir dengan penerima manfaat sebanyak 30 keluarga. Sebagai upaya penguatan keluarga bebas dari potensi tubuh kerdil akibat kekurangan gizi. Bantuan tersebut dalam rangka penyiapan generasi yang berkualitas".
Sasaran penerima manfaat terdiri ibu hamil dan bayi dibawah dua tahun sebanyak 30 keluarga di Desa Puding, Kecamatan Pino, Kabupaten Bengkulu Selatan. Penyaluran makan berprotein itu untuk meningkatkan gizi ibu hamil dan baduta agar terhindar dari risiko tubuh kerdil," kata Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu M.Iqbal Apriansyah dalam sambutannya saat mendampingi Anggota Komisi IX DPR RI elva Hartati pada kegiatan Advokasi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting di Desa Puding, Rabu, 11/10/23.
Masih Iqbal, stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti lingkungan tidak sehat yang mana perlu peningkatan sanitasi yang baik. Pencegahan stunting pada anak dapat dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia enam bulan. Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala. Mengkonsumsi secara rutin Tablet tambah Darah (TTD) bagi ibu. Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang begizi dan kaya protein hewani untuk bayi yang berusia diatas enam bulan yang termasuk dalam program penyaluran telur ayam, "kata Iqbal.
Untuk menjaga anak tetap sehat, diperlukan keinginan dan disiplin untuk membangun kebiasaan makan yang sehat pada anak. Makanan yang sehat tidak harus mahal, karena makanan sehat itu murah tetapi seimbang. Makanan sehat, berkualitas dan bergizi adalah landasan kesehatan masa depan anak.
"Makanan sehat dan bergizi yaitu makanan yang memiliki nilai gizi seimbang dan mengandung nilai gizi esensial tubuh seperti vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, serat dan air".
Anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati menyebutkan salah satu penyebab bayi lahir berpotensi stunting disebabkan peristiwa menikah pada usia anak yaitu dibawah 21 tahun wanita dan 25 tahun pria.
Indonesia banyak mengalami perbaikan dari aspek kesehatan dan ekonomi. Dilihat dari keberhasilan dalam menekan angka kematian ibu dan bayi. Namun, kendati demikian sektor gizi masih mengalami kendala terhambatnya peningkatan pada status gizi pada anak sehingga mengakibatkan angka kasus stunting masih terbilang tinggi dengan angka 21,6 persen. Dan prevalensi stunting di Bengkulu pada 2022 sebesar 19,8 persen.
Stunting atau tubuh pendek adalah suatu kondisi kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan seseorang. Stuntung disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak. Hal ini dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen.
Elva optimis penanganan stunting yang dilakukan secara konvergensi lintas sektor dapat membuahkan hasil dimana pertumbuhan anak sebagai generasi yang berkualitas akan terwujud. Sehingga peluang Indonesia emas pada 2045 mendatang dapat diraih sebagai bangsa yang kuat dan mandiri, ujarnya. (irs)
Penulis : Idris Chalik
Editor : Penardi, S.Sos
Rilis : 12 Oktober 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar