Bengkulu,-Mengejar target penurunan stunting 2024 sebesar 12,55 persen yang hanya tinggal setahun lagi, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu terus mengampanyekan percepatan penurunan stunting di sejumlah daerah kabupaten dan kota di Bengkulu. Akhir pekan pertama November 2023 turun bersama Komisi IX DPR RI di wilayah khusus kampung keluarga berkualitas, Kelurahan Talang Saling, Kecamatan Seluma, Kabupaten Seluma sebagai titik lokasi fokus sosialisasi pencegahan stunting.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Edi Sofyan,SE,MM hadir bersama Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Hj. Elva Hartati,S.IP,MM, Kepala Dinas P3APPKB Kabupaten Seluma Suardi,SH dan Lurah Talang Saling Rustam Dianto.
Di depan ratusan peserta sosialisasi tersebut, Edi Sofyan menyampaikan bahwa dalam pencegahan stunting sangat penting dilakukan pemenuhan gizi sejak janin dalam kandungan bagi ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun. Salah satu inovasi terkait hal tersebut yakni melalui revolusi makan ikan, khususnya ikan lele. Sosialisasi stunting di daerah dapat menyasar keluarga berisiko stunting berjumlah 34.964 keluarga, ujar Edi Sofyan, Sabtu, 4/11.
"Ternyata ikan lele memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, terdapat kalori mencapai 105.
Sodium: 50 miligram serta terdapat kandungan Vitamin B12: 121 persen. Jadi ikan lele juga bisa dijadikan MPASI yang bergizi untuk mencegah stunting pada anak. Kita mendorong salah satu inovasi pencegahan stunting dengan revolusi makan ikan,"kata Edi Sofyan.
Selain itu, Edi menyinggung pentingnya pemberian air susu ibu Eksklusif untuk mencegah kekurangan gizi pada bayi. ASI eksklusif merupakan faktor protektor penting yang dapat menurunkan risiko terjadinya stunting.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI menyinggung pernikahan dini atau pernikahan pada usia anak yang menjadi salah satu faktor penyebab stunting. Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Ia menghimbau agar semua komponen dapat mengawal anak-anak remaja agar tidak menikah sebelum usia ideal. Yaitu usia 21-25 tahun untuk memulai perencanaan pernikahan. " Menikahlah pada usia yang ideal agar tumbuh dan lahir anak yang bebas stunting.
"Pernikahan di usia anak adalah salah satu variable penyebab terjadi stunting karena kurang siapnya pasangan suami istri dibawah umur dalam mengelola rumah tangga, selain itu belum pahamnya terkait pemenuhan asupan gizi yang cukup semasa kehamilan, kematangan psikologis dan organ reproduksi, serta pengetahuan tentang pola asuh yang benar, " ujar Elva.
Kepala Dinas P3APPKB Kabupaten Seluma Suardi menyebutkan bahwa pihaknya secara konvergensi bersama semua unsur pemerintahan dan swasta bersinergi mencegah stunting dengan berbagai aksi berdasarkan fungsi dan peran masing-masing institusi. Mulai dari pembentukan institusi masyarakat seperti tim pendamping keluarga (TPK), TPPS kabupaten hingga desa. Yang semua bertujuan untuk menyukseskan program penurunan stutning.
TPK dengan perannya untuk mendampingi keluarga berisiko stunting di Seluma, yang mencapai 34.964 keluarga. Dengan demikian diharapkan mampu menekan prevalensi stunting yang masih sebesar 22,1 persen, ujar Suardi.
"Kita optimis melalui peran dan fungsi dinas lembaga teknis yang terlibat dalam pencegahan stunting maka diharapkan dapat merealisasi angka sasaran sebesar 13,98 persen pada 2024 mendatang, demikian Suardi.(irs)
Penulis : Idris Chalik
Editor : Rofadhila Azda, S.Ikom., M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar