Semarang, -Pemerintah terus berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya gizi pada bayi di bawah usia dua tahun ( Baduta) dan balita yang dijadikan sasaran prioritas pencegahan stunting.
Tahun ini, Juni 2024 dijadikan bulan intervensi serentak pencegahan stunting dengan kegiatan pengukuran dan penimbangan bayi diseluruh wilayah ditanah air.
Guna mempercepat penurunan stunting digelar pertemuan tingkat nasional bagi para ketua TPPS seluruh Indonesia baik daerah provinsi, kabupaten dan kota. Temu kerja yang melibatkan unsur Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tersebut berlangsung dalam rangkaian peringatan hari keluarga nasional (Harganas) Ke-31 di Kota Semarang, Kamis, 27/6.
"Temu kerja TPPS Nasional ini untuk mengejar sasaran intervensi serentak pengukuran dan penimbangan baduta, sehingga menyasar keluarga berisiko stunting," kata Sestama BKKBN Tavip Agus Rayanto, di Semarang, Kamis, 27/6.
" Ada lima hal utama dalam penurunan stunting. Diantaranya, penyiapan data keluarga berisiko stunting. Melakukan pendampingan kepada calon pengantin untuk memastikan remaja bebas stunting. Pendampingan kepada ibu hamil serta pemeriksaan kesehatan baduta," sebut Tavip.
Saat membuka temu kerja TPPS nasional ,Dokter Hasto mengawali sambutannya dengan menyebutkan mengapa pencegahan stunting penting. Karena, stunting barometernya tingkat kualitas SDM. "Human Capital index mencerminkan kemampuan daya saing seseorang".
Jika banyak anak- anak stunting maka akan mengurangi fungsi pemerintah dan instansi dalam pelayanan publik, jika diisi generasi stunting. Dan, jika angka kematian bayi (AKB) tinggi maka human capital index itu rendah, " sebut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo,
" Stunting mempengaruhi skill manusia yang akan menunjukkan kemampuan manusia lemah. Untuk mencegah stunting kita harus meningkatkan human capital index kita. ".
Orang nomor satu di lembaga ini berharap temu kerja ini menemukan inovasi dan strategi percepatan intervensi serentak dengan menyasar keluarga sasaran. Setelah terkumpul data 90 persen maka akan di verval, sehingga akhir Juni didapati angka stunting dengan validitas yang tinggi.
Ia mengingatkan semua pihak agar jangan mengabaikan ancaman anemia remaja. Karena dapat membuat anak generasi stunting.
"Dari pernikahan sebanyak 1,54 juta (Data Simka) hamil per tahun yang melahirkan bayi stunting mencapai 300 ribu orang, dan sebesar 80 persen hamil di tahun pertama. Catin agar memeriksakan kesehatan dan mencegah anemia yang akan melahirkan stunting baru. Catin wajib memeriksa kesehatan dan pastikan bebas anemia. Batasi Pre Wedding dan prioritaskan pernikahan, " pintanya.
Tiga Ketua TPPS di Bengkulu hadiri temu kerja nasional,Wakil Bupati Kepahiang Zurdi Nata, Wakil Bupati Mukomuko Wasri, dan Ketua TPPS Kabupaten Lebong Fachrur Rozi. (irs)
Penulis : Idris Chalik
Editor : Rofadhila Azda, S. Ikom., M. A
Rilis : Kamis, 27 Juni 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar