Bengkulu,-Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu bersama Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu segera menggarap wilayah kabupaten yang tergolong tinggi angka prevalensi stunting.
Yang menjadi lokus garapan yaitu Kabupaten Rejang Lebong dengan prevalensi stunting 28,6 persen, yang merupakan daerah dengan angka stunting tertinggi di Bengkulu, serta Kabupaten Kaur sebagai wilayah pesisir dengan angka stunting sebesar 14,3 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Darjana menyampaikan bahwa BI Bengkulu siap bersinergi dan berkolaborasi dalam percepatan penurunan stunting dan kesejahteraan masyarakat Bengkulu melalui peran intervensi sensitif.
“Untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kita bisa bersama melakukan gerakan menanam tanaman ketahanan pangan, seperti menanam cabe atau bawang merah dirumah agar pasokan dipasar juga terjaga. Selain itu menggandeng program pembinaan remaja sebagai kelompok berisiko stunting," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu Darjana kepada pewarta usai menerima audiensi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Zamhari, S.H., M.H di Kantor BI, Kamis, 6/6.
"Kita, melalui program GenBI yaitu Generasi Bank Indonesia akan terlibat dalam penanganan stunting bersinergi dengan BKKBN. Khusus untuk stunting, kami berencana bersinergi dan berkolaborasi, khususnya di beberapa wilayah yang memang prevalensinya tinggi, baik secara langsung berupa intervensi pangan yang bisa menurunkan ataupun bentuk kegiatan lain yang mendukung ke arah penanganan stunting".
Langkah tersebut sebagai peran intervensi sensitif BI membantu pemerintah dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM). "BI mitra strategis pemerintah daerah siap mendorong percepatan terwujudnya SDM yang berkualitas.
Meskipun BI tidak bersentuhan langsung terhadap penurunan stunting, namun harus terus bergerak bersama pemerintah daerah dalam pembangunan nasional dan daerah," kata Darjana.
Tak hanya itu, peran BI dalam mencegah stunting selain terus memantau harga bahan pokok agar tidak melampaui daya beli masyarakat juga melalui program pembinaan kelompok UMKM melalui pihak lembaga penyalur kredit usaha mikro," kata Kepala BI Bengkulu.
Kepala BKKBN Bengkulu Zamhari menyebutkan, pertemuan singkat itu dalam rangka mengimplementasikan Perpres Nomor 72/2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting yang memerintahkan pelaksanaan penurunan stunting secara konvergensi berbagai pihak.
"Kekuatan pentahelix dapat mengeroyok potensi risiko stunting. Unsur-unsur pentahelix yaitu pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media massa melakukan aksi konvergensi pencegahan kasus tubuh kerdil," kata Zamhari.
Disebut Zamhari, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) terdapat enam daerah kabupaten di Bengkulu yang meningkat prevalensi stunting. "Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kaur dan Kabupaten Mukomuko".
Dengan adanya keterlibatan banyak pihak dalam menangani stunting di Bumi Rafflesia diyakini kasus tubuh kerdil di daerah ini dapat ditekan hingga pada sasaran sebesar 12,55 persen pada 2024 dan mendorong capaian target nasional 14 persen. (irs)
Editor : Rofadhila Azda, S.Ikom., M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar